Biodata dan Profil Lengkap Ki Hadjar Dewantara - Para pembaca portal
biodatapedia.com yang pada sibuk cari biodata pahlawan, hehe kali ini admin
akan memberikan sebuah artikel tentang biodata beberapa tokoh entertainment
tokoh sejarah dan tokoh-tokoh terkenal lainnya yang menghiasi layar televisi
anda. Dalam artikel ini khusus membahas tentang biodata Pahlawan Ki Hadjar
Dewantara beserta profil lengkapnya.
Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan |
Ki Hadjar Dewantara |
Biodata
Pahlawan Ki Hadjar Dewantara akan kami sajikan
lengkap beserta agama, karir, pendidikan beserta hobi dan foto lengkap dari
sang pahlawan nasional ini. Sumber dari artikel ini berasal dari sumber-sumber
terpercaya misalnya dari Wikipedia dan portal atau website entertainment
lainnya.
Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922
menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki
Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar
Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April
1959 pada umur 69 tahun. Ki Hajar Dewantara dibesarkan di lingkungan keluarga
kraton Yogyakarta. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka,
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Semenjak saat itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri Perguruan
Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para
pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi
maupun orang-orang Belanda.
Biodata Ki Hajar
Dewantara
Nama
: Ki Hadjar Dewantara
Lahir
: 2 Mei 1889, Kota Yogyakarta, Indonesia
Meninggal
: 28 April 1959, Kota Yogyakarta, Indonesia
Makam
: Taman Wijaya Brata
Pendidikan
: School tot Opleiding van Indische Artsen
Warga
Negara : Indonesia
Zodiac
: Taurus
Agama
: Islam
Baca Juga:
Biodata dan Profil Lengkap I Gusti Ngurah Rai
Ia
pertama kali bersekolah di ELS yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak
Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian melanjutkan
pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter
pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda, yang kini dikenal
sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun bersekolah di
STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika
itu.
Ki
Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau
tulis-menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa
surat kabar pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres,
Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki
Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial.
Selain
ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan
politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk
mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu
mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang
beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan
mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk
memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi
pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha
menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11
Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
Dengan
ditolaknya partai tersebut, mereka akhirnya komite boemi poetra yang digunakan
untuk membuat kritik ke pemerintahan Belanda. Mereka menulis berbagai kritikan
untuk pemeritahan Belanda yang dimuat di surat kabar De ekpress yang pemiliknya
pada saat out adalah Douwe Dekker. Dalam tulisan tersebut mereka mengatakan
bahwa tidak mungkin merayakan kemerdekaan, di Negara yang sudah kita rampas
sendiri kemerdekaannya. Karena tulisannya itu beliau di buang ke pulau Bangka,
sebagai hukuman pengasingannya oleh pemerintahan Belanda
Setelah
pulang dari pengasingan dan sempat melakukan perjalanan ke Belanda. Beliau
akhirnya mendirikan taman siswa. Selama pendirian taman siswa ini banyak sekali
tantangan dan halangan dari pihak pemerintahan Belanda. Dengan segala
kegigihannya, akhirnya taman siswa mendapatkan ijin berdirinya. Setelah masa
kemerdekaan, beliau menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan.
Melalui
jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara
semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun
1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari
Universitas Gajah Mada.
Dua
tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28
April 1959 Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di
sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang
tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal
kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan
sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305
Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.
Ajarannya
yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa
(di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di
depan memberi teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Untuk
mengenang jasa-jasa Ki Hadjar Dewantara pihak penerus perguruan Taman Siswa
mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan
nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara.
Demikianlah
biodata dari pahlawan Ki Hadjar Dewantara , semoga artikel ini
dapat bermanfaat dan menjadi referensi kita untuk mengenal pahlawan-pahlwan
tanah air.