Biodata Pahlawan Nasional WR Soepratman - Para pembaca portal
biodatapedia.com yang pada sibuk cari biodata pahlawan, hehe kali ini admin
akan memberikan sebuah artikel tentang biodata beberapa tokoh entertainment
tokoh sejarah dan tokoh-tokoh terkenal lainnya yang menghiasi layar televisi
anda. Dalam artikel ini khusus membahas tentang biodata Pahlawan WR
Soepratman beserta profil
lengkapnya. Biografi Pahlawan Nasional WR Soepratman
Biodata
Pahlawan WR Soepratman akan
kami sajikan lengkap beserta agama, karir, pendidikan beserta hobi dan foto
lengkap dari sang pahlawan nasional ini. Sumber dari artikel ini berasal dari
sumber-sumber terpercaya misalnya dari Wikipedia dan portal atau website
entertainment lainnya.
Pahlawan Nasional WR Soepratman |
Wage Rudolf Supratman atau
WR Soepratman lahir di Somongari, Purworejo, 19 Maret
1903 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun
adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya" dan
pahlawan nasional Indonesia. Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII.
Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Salah satunya bernama
Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia
disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.
Soepratman
lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun, kemudian melanjutkannya
ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu
dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah
Klein Ambtenaar, dan menjadi seorang guru.
Biodata WR
Soepratman
Nama
Lengkap : Wage Rudolph Soepratman
Alias
: WR. Soepratman
Profesi
: Pahlawan Nasional
Tempat
Lahir : Jatinegara, Jakarta
Tanggal
Lahir : Senin, 9 Maret 1903
Zodiac
: Pisces
Warga
Negara : Indonesia
Ayah
: Senen
Setelah
tidak lagi menjadi seorang guru, WR Soepratman kemudian bekerja di sebuah
perusahaan dagang. Setelah beberapa waktu lamanya WR Soepratman memutuskan
untuk pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan
Kaoem Kita. Pekerjaan itu sendiri tetap dilakukannya meskipun akhirnya dia
tinggal di Jakarta. Di Jakarta inilah, WR Soepratman mulai tertarik dengan
organisasi pergerakan nasional yang akhirnya membuat dirinya banyak bergaul
dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Rasa
tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan
dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah
Belanda. Rasa cintanya terhadap Indonesia semakin hari semakin besar sehingga
membuatnya ingin menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan bangsanya. Tetapi, ia
tidak tahu bagaimana caranya, karena ia hanya seorang wartawan dan pemain musik
hingga suatu hari, secara kebetulan WR Soepratman membaca artikel berjudul
Manakah Komponis Indonesia yang Bisa Menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia yang
Dapat Membangkitkan Semangat Rakyat dalam majalah Timboel terbitan Solo.
Membaca artikel ini, hati Soepratman tergerak. Dan merasa tulisan itu seolah
ditujukan kepada dirinya.
Mengetahui
hal ini, WR Soepratman merasa tertantang untuk ikut menciptakan karya luhur
tersebut. WR Soepratman lalu menggubah lagu yang kemudian pada 1924 terciptalah
lagu “Indonesia Raya” karyanya.
Pada
tahun 1928 bulan Oktober, diadakanlah Kongres Pemuda II dimana para tokoh
pergerakan nasional dan perwakilan para pemuda seluruh Indonesia berkumpul
untuk menyatukan visi mencapai Indonesia Merdeka. Di situ WR Soepratman juga
hadir dan pertama kalinya beliau memperdengarkan lagu Indonesia Raya secara
instrumental dengan biola (tanpa syair). Mengapa dikumandangkan lagu Indonesia
Raya itu secara instrumental? Hal ini adalah usulan Soegondo Djojopuspito,
salah satu tokoh pergerakan nasional, dengan alasan menjaga situasai politik
dan kondisi saat itu. Banyak hadirin terpukau dengan lagu itu. Lagu tersebut
telah berhasil mewakili keinginan rakyat Indonesia untuk segera merdeka dari
Belanda.
Sesudah
kongres itu, lagu Indonesia raya selalu diperdengarkan di kongres politik dan
kongres nasional lainnya. Belanda begitu khawatir akan efek persatuan yang
ditimbulkan oleh lagu itu. Akhirnya Belanda selalu memburu WR Soepratman yang telah
menciptakan lagu tersebut. Karena selalu menghindar dari kejaran polisi
Belanda, W Soepratman akhirnya kelelahan dan jatuh sakit di Surbaya. WR
Soepratman juga menciptakan lagu “Matahari Terbit” pada tahun 1938, ia kemudian
menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu NIROM di jalan Embong Malang yang
akhirnya membuatnya benar-benar ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan di
penjara Kalisosok Surabaya. WR Soepratman meninggal pada tanggal 17 Agustus
1938 karena sakit. W.R. Soepratman hingga meninggal belum pernah menikah dan
mengangkat seorang anak pun.
Demikianlah
biodata dari pahlawan WR Soepratman , semoga artikel ini dapat bermanfaat dan
menjadi referensi kita untuk mengenal pahlawan-pahlwan tanah air.